Rabu, 02 November 2011

Krisis Hak Asasi Manusia

Topik: Memahami Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau bangsa (Yasni, hal 224)
Hak Asasi Manusia pada kehidupan sekarang memang semakin tergerus. Pelanggaran Hak Asasi Manusia di kehidupan sosial pun semakin menjadi. Beberapa hak asasi manusia (HAM) seperti Hak untuk memperoleh pendidikan, Hak untuk penghidupan yang layak seperti orang lain, Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama, Hak untuk mendapatkan pekerjaan, mulai terasa bukan hak yang semua orang bisa mendapatkannya.
Mari kita lihat kembali dalam kehidupan kita akan hak hak yang seharusnya sudah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. Dimulai dengan hak untuk memperoleh pendidikan, Banyak generasi anak- anak di negeri ini tidak mendapatkan hak pendidikan yang semestinya mereka dapat. Pendidikan masih dirasa mahal. Sehingga mereka lebih memilih untuk mengais uang untuk sesuap nasi. Alih alih yang tidak mendapatkan hak untuk bersekolah, sekarangpun bermunculan diadakannya sekolah RSBI sekolah berstandar internasional, Para generasi muda kita yang mendapatkan hak pendidikannya pun juga mengalami kesenjangan sosial akan perbedaan metode pengajaran ini. Uanglah bermain dalam posisi yg vital. Pendidikanpun kini menjadi salah satu ladang bisnis. Padahal pendidikan adalah hak setiap warga. Sudah seharusnya pendidikan tidak untuk dipilah-pilih mana yang mampu dan mana yg kurang mampu, karna ujung ujungnya hanya akan menimbulkan kesenjangan sosial. Pendidikan sungguh masih diskriminatif terhadap kelompok masyarakat terutama kaum fakir miskin. Padahal di dalam Undang-Undang Dasar 1945  pasal 4 dijelaskan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”.
Selanjutnya kenyataan yang dirasa kurang dalam penerapannya di lingkungan masyarakat,  yakni: Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Di contoh sosial bisa dilihat dengan kehidupan para pemulung, atau orang orang yang kurang mampu. Mereka tentu tidak mendapatkan hak untuk hidup layak. Tidak mudah memang kehidupan yang mereka hadapi sebagai  pemulung di Jakarta, banyak yang menyalahkan kenapa datang ke Jakarta, kenapa tidak sekolah dengan baik, banyak kometar lainnya yang bilang kurang berusaha. Mungkin masyarakat memang sudah penuh dengan kata-kata menggurui, namun perjuangan mereka yang keras sungguh mempunyai pelajaran yang berarti sendiri untuk kita, Pemulung sendiri sebenarnya adalah orang orang yang patut kita hargai dan kita beri bantuan, karena tanpa disadari pemulunglah yang membersihkan kota dari sampah yang dibuang sembarangan oleh orang berpindidikan yang belum bisa menerapkan didikannya itu dalam kehidupan mereka.
Hak Untuk Mendapat Makan / Pemerataan Pangan Kelaparan, wujud dari kemiskinan paling ekstrim di Indonesia tidak hanya cerita tanpa fakta. Kelaparan bukan dongeng masa lalu dari nenek moyang yang hidup pada masa pergerakan dan revolusi fisik sebelum kemerdekaan Indonesia. Tapi sekarang, setelah lamanya Indonesia merdeka secara politik, kelaparan adalah keadaan kemiskinan.
Hak Untuk Mendapat Tempat Tinggal Yang Layak Pemerintah mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anak anak terlantar sesuai dengan yang diamatkan dalam Pasal 34 UUD 1945 ayat (1) menegaskan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.Namun dalam prakteknya masih ada anak anak yang terlantar menjadi gelandangan yang belum terurus oleh pemerintah. Tidur di jalanan dan tidak  mempunyai tempat tinggal yang layak.
Hak Untuk Mendapat Pelayanan Kesehatan.Inilah ironi yang terjadi pada masyarakat kita. Jika Anda kaya anda berhak akan dokter terhebat dan mendapatkan perawatan terbaik. Kamar rumah sakit dengan fasilitas dengan perhatian dokter dan suster yang jauh lebih baik, serta obat obatan yang lebih berkualitas. Namun jika anda miskin, silahkan tidur kembali diatas kasur anda dan bermimpi bahwa akan ada dokter spesialis baik hati yang akan mengobati anda secara gratis. .Sungguh tidak ada unsure yang mengatakan jika Pelayanan Kesehatan adalah hak setiap orang. Coba kita ingat-ingat, kita sering menemukan berita tentang penolakan rumah sakit atas pasien-pasien yang tak mampu membayar biaya uang muka, lantas mereka terlantar. Atau, ada seorang pemulung yang terpaksa membawa pulang mayat anaknya sendiri, dengan digendong karena ia tak mampu membayar biaya rumah sakit.
Sudah sedemikian parahkah memang kehidupan manusia di era modern ini? Hak Asasi Manusia tidak terealisasikan atas dasar mampu atau tidak seseorang untuk membiayai kehidupannya. Ketika seseorang lebih mengagungkan ego pribadi, mementingkan kepentinganya sendiri. Lantas mengucilkan moralitas yang sudah sewajarnya untuk saling menghargai dan saling membantu seperti yang dimaksudkan dalam define makhluk sosialan. Moralitas makin tergerus akibat di otak manusia lebih mementingkan kenikmatan dunia semata. Kapitalisme, liberalisme sudah sedemikian hebatnya menguasai setiap sendi kehidupan. Mengorbankan humanisme yang sebetulnya ada pada diri manusis ketika ia dilahirkan.
Untuk mencari solusi dari penerapan Hak Asasi Manusi yang kurang. Mari kita memulai untuk memrefleksikan moralitas masing masing, supaya mayoritas manusia dapat hidup aman dan nyaman. Tekanan-tekanan lingkungan mempengaruhi ragam moral yang berada di kehidupan seperti tekanan ekonomi banyaknya atau sedikitnya materi yang ada, teknologi, politik , tradisi, dan kepentingan kelompok pemimpin. Moralitas memang pluralistik, sehingga kadang-kadang pecah konflik karena samaa sama tidak memahami
Marilah kita tetap membantu dengan bersedekah kepada orang orang yang tidak seberuntung kita, jangan mengeluh dengan keadaan kita, karna masih banyak yang tidak seberuntung kita, dan tetap belajar akan kerja keras mereka , belajar untuk menghargai haasil jerih payah yang mungkin hasilnya tidak terlalu banyak, dan jangan mudah untuk menghambur hamburkan uang untuk kesenangan yang sangat konsumtif apalagi kurang baik , hal hal yang kurang berguna. Baiknya ikut berbagi dan hargai rejeki yang kita dapat, berapapun besar nya. Karena kita tidak tahu kapan uang sekecil apapun tersebut bisa bermanfaat di lain waktu. dan gunakan rezeki tersebut dengan sebaik-baik nya.
Sebagai mahasiswa, di kegiatan nyatanya ada suatu forum seperti dunia pelangi yang sudah mulai menjadi kegiatan sosial nyata di Universitas Bakrie. Forum seperti ini adalah baik gunanya, mengajari pendidikan pada teman teman yang bernasib kurang baik untuk mendapatkan hak pendidikan dengan pengajaran sukarela yang dilaksanakan teman teman yang mengikuti kegiatan ini. Selain itu juga ada suatu forum untuk ikut bersedekah, dimana peserta forum ini disediakan celengan untuk memberi koin koin atau sedekah seikhlasnya yang dikumpulkan dan setelah itu celengan- celengan tersebut dikumpulkan dan hasil dari sumbangan tersebut digunakan untuk membiayai teman teman kita untuk mendapatkan pendidikan. Dengan semangat ini, sebagai generasi muda dengan nasib yang lebih baik kita bisa saling menolong generasi muda yang lain. Sehingga menimbulkan masyarakat dengan kehidupan yang lebih baik
Reference:
1.    Yasni Sodarnawati(2010) Citizenship. Jakarta. Media Aksara
2.    http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10618337
3.    http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8848591

Krisis Identitas di Indonesia


Topik: Identitas Nasional
Apa itu identitas Indonesia, identitas orang Indonesia, dan siapa itu orang Indonesia.
Identitas nasional bisa didefinisikan sebagai identitas bangsa Indonesia yang merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan tersebut merupakan gabungan dari unsur unsur pembentukan identitas yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, bahasa (Yasni, 2010:33-34 ).  Contohnya kita saat melakukan aktifitas yang sangat berdekatan dengan kehidupan kita yakni di internet,  contohnya di website kaskus, kita butuh membuat user id untuk membuat identitas user id, baru kita bisa melakukan aktifitas disana posting, komentar, dsb, nah inilah identitas kita di website kaskus. Dengan mempunyai id kaskus, kita mempunyai koneksi dikenal anggota forum yang lain. Jadi di forum forum inilah kita bisa bangun identitas. Di dunia fakta forum misalnya: keluarga, sekolah, kerja, tempat sosial, hobi, politik, agama  dan sebagainya. Jadi kita beraktifitas dalam komunitas, dan membangun identitas di komunitas tsb. Jadi identitas kita adalah gabungan dari seluruh identitas dimana kita aktif akan terlibat di dalamnya.
Bagaimana dengan identitas kolektif Indonesia. Biasanya kecenderungan identitas itu terkadang di umpamakan dengan tunggal dengan satu identitas saja. Padahal identitas tidak demikian .identitas itu tidak tunggal dan selalu banyak, punya signifikan dan real. Indonesia mempunyai spesifikasi yang luas . Jadi sulitnya bagi kita untuk menentukan suatu konsep identitas tunggal baik abstrak atau tidak abstrak untuk diterima di setiap orang sebagai identitas negara tersebut. Kaloupun ada  itu adalah hasil usaha yang sungguh-sungguh. Seperti iklan, bisa dilakukan pemerintah atau kelompok-kelompok dengan doktrin. Japi sepertinya salah alamat untuk mencari identitas tunggal untuk menyatukan Apa itu identitas Indonesia. Identitas itu layaknya relasi karna identitas
Identitas Indonesia adalah karna relasi orang orang, kelurga, teman, hanya bisa tercapai dengan lingkungan nya yang makin baik, dengan tujuan membuat lingkungan makin baik. Maka mari membangun relasi antar induividu degan lebih baik dan dibangun bersama sama
Di dalam pergaulan, menghadapi globalisasi yang makin menjadi. Di sosialisasi kehidupan , perlu kita memikirkan mengapa kita atau teman-teman kita banyak yang lebih memilih menggunakan waktu santainya  di Starbucks atau Kfc coffe yang lebih terkesan gengsi atau tidak ada unsur Indonesia, karna sungguh sangat bergaya Barat. Padahal, secangkir kopi racikan Starbucks Coffee di Negara asalnya lebih mahal enam sampai delapan kali dari harga racikan kopi yang asli ref1  dan juga menggunakan harga internasional yang juga pajak yang besar.

Identitas Indonesia adalah relasi antar individu di indonesia , dan ini sungguh kompleks. Terkadang Menurut Saya , masyarakat Indonesia terkadang sibuk membangun identitas baru seperti selalu update dan sebagian orang merancang identitas baru yang rasa-rasanya lain dengan identitas yang dimilikinya.
Identitas nasional dalam arus globalisasi budaya

Berbicara mengenai identitas nasional jelas dituliskan pada bagian pengantar bahwa kebudayaan-kebudayaan di Indonesia menunjukkan ketangguhannya dalam menjaga keberadaan kebudayaan dari dogma-dogma agama asing, khususnya budaya Jawa. Indonesia memiliki hal-hal yang positif untuk menghadapi globalisasi budaya. Pertama adalah jumlah penduduk yang sangat esar, yang menciptakan kekuatan bagi kebudayaan setempat. Kedua adalah bahasa Indonesia, yang hadir sebagai bahasa yang menyatukan keanekaragaman bahasa dan suku di Indonesia. Ketiga adalah warisan budaya milik Indonesia yang sangat besar, yang berasal dari Budha, Islam, dan Barat. Walaupun globalisasi dipandang sebagai ancaman, lantas tidak menjadikannya alasan utama ketika kehadirannya menimbulkan bermacam-macam kesempatan yang baik  bagi individu dan masyarakat luas seperti: kesempatan ekonomis, wawasan lebih luas,, dan membuka diri terhadap nilai-nilai modernitas.

Seperti yang telah disinggung pada bagian penguraian definisi, mungkin saja,
identitas nasional bangsa Indonesia yang paling umum adalah bahasa Indonesia. Namun,
melihat riil masa kini (atau bisa jadi masa lalu), bahasa persuku malah bisa mengacaukan
penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, sekaligus identitas nasional. Bahasa daerah yang lebih dulu ada sebelum Indonesia menjadi suatu wilayah yang berdaulat,
justru hingga sekarang masih tetap bertahan, terbukti dengan masih adanya penggunaan
bahasa kesukuan hingga sekarang ini, jika dibandingkan dengan penggunaan bahasa
Indonesia.

Banyak realita contoh di dunia nyata dalam lingkungan kita, pada penggunaan bahasa sehari hari atau bahasa Indonesia dengan tata bahasa seperti yang pernah diajarkan saat bangku sekolah, penggunan tata cara berbahasa masih sangat minim, bahkan hingga sekarang sampai sampai ada reality show yang diunggah oleh stasiun televisi swasta yang menghadirkan acara yang berjudul dimana mencari dan merekam situasi yang menampilkan kesalahan-kesalahan para figur publik dalam menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari. Ini adalah kritik bagi bahasa Indonesia yang juga adalah identitas nasional Indonesia, Bahkan oleh figure publik sekalipun masih ditemukan banyak kesalahan pengucapan atau penyampaian.

Jika demikian, globalisasi budaya bukan hanya menjadi faktor utama yang
mampu menghilangkan identitas nasional, jika globalisasi budaya dikategorikan sebagai salah
satu faktor yang mampu menghapus identitas nasional. Padahal masyarakat Indonesia sendiri
masih tidak mampu mengidentifikasi identitas nasional mereka. Bahwa ternyata, penggunaan
bahasa gaul Indonesia (Lu, Gue) dalam kasus-kasus tertentu lebih mencerminkan jiwa
metropolis Jakarta daripada Indonesia. Maka, bila identitas nasional Indonesia adalah
bahasa Indonesia, sementara bangsa Indonesia sendiri tidak mampu untuk menjaganya,
sangatlah perlu bagi bangsa Indonesia untuk kembali melihat Sumpah Pemuda agar mampu
memahami atau mengidentifikasi apa-apa saja identitas nasional Indonesia: territorial,
kebangsaan, dan bahasa.

Padahal, globalisasi budaya, hanya memperkecil ruangan budaya lintas teritorial agar lebih mudah untuk dipahami dan diakses, tanpa menghilangkan nilai-nilai yang dimiliki identitas nasional itu sendiri. Seperti Jeans, Harajuku, bahkan Starbukcs Corp,  mereka menyesuaikan diri terhadap kultur atau budaya di dalam wilayah tersebut. Starbucks Corp, rela menggunakan bahasa masing-masing teritori untuk dapat lebih mudah diakses oleh Negara-negara diluar Negara asal Starbucks Corp, ini adalah tanda bahwa globalisasi dalam bentuk globalisasi budaya adalah sesuatu tren budaya populer menjadi lebih mudah untuk dipahami, diaksesi, dan diadaptasikan. Identitas nasional dalam kaitannya dengan globalisasi budaya, bukan sekedar untuk mempersalahkan globalisasi budaya sebagai penghancur identitas nasional, namun lebih jauh dan mendalam adalah mengenai pilihan rasionalitas bangsa Indonesia.

Dengan permasalahan Indonesia yang mempunyai beragam masalah:ekonomi kurang, Baiknya Indonesia mempunyai cita cita besar dalam hidup, dan belajar dari Negara lain yang lebih baik lewat globalisasi, namun tetap memilah hanya mengambil yang baik-baiknya saja. Lalu dibenahkan dengan perjalanan waktu, lalu bisa diterapkan dan menjadikan Indonesia yang lebih baik.

Karna terkadang orang bangga dengan pepatah “Be my self, be yourself, tapi yang dimengerti yakni be unchanging self, be mysef yang tidak berubah, be my self yang tidak baru, padahal siapa diantara kita, yang identitasnya, yang pribadinya cukup baik untuk bebannya di masa depan. 10 tahun lagi dari masa sekarang kita tidak akan cukup . Jadi kadang orang tidak mengerti pengertiannya tentang “Aku”
Karna yang paling tahu masalah kita , Yang paling tau sejarah kegagalan , Yang punya niatan untuk menghantui diri sendiri juga adalah kita. Jadi yang menentukan diri kita yang lebih baik adalah kita sendiri.

 Reference:
3.    http://dinneno.wordpress.com/2011/08/29/antara-bahasa-indonesia-dan-bahasa-gaul/